JIKA ANDA MERASA SAKIT HATI
Oleh: Saumiman Saud
Oleh: Saumiman Saud
Seandainya kita tidak mempunyai
perasaan lagi, maka apa pun yang dilakukan orang terhadap kita tentu responnya
biasa saja. Namun karena kita manusia yang normal, oleh sebab itu bila ada
sikap seseorang yang kelewatan (kebangetan) terhadap kita maka kita akan merasa
sakit hati.
Sakit hati itu adalah sikap yang
wajar dan dapat muncul secara mendadak, biasanya karena ulah dan tingkah orang
lain terhadap kita atau sebaliknya. Berbagai sebab yang mengakibatkan kita sakit
hati, antara lain karena kita merasa tidak dihargai, kita merasa dikesampingkan
atau diremehkan serta dihina. Sakit hati itu dapat timbul tanpa harus kita
disakiti atau dilukai, kita tidak harus dipukul juga. Namun dari sikap dan
perlakukan serta kata-kata yang disampaikan dengan cara menyindir dan kritik
dapat membuat kita merasa sakit hati. Sakit hati itu akan lebih cepat terasa
lagi bila yang meperlakukannya itu adalah orang-orang yang kita kasihi.
Orang yang sakit hati tentu akan
mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan dan tidur tidak nyenyak makan tidak
enak. Pemazmur mengatakan di dalam Mazmur 31: 9-10, “Orang yang sakit hati akan
merasa sangat susah dan merana.” Sakit hati juga dapat merampas suka cita dan
selera hidup kita, dengan demikian orang yang sedang sakit hati akan terlihat
diwajahnya selalu cemberut dan hidupnya menderita dan pekerjaannya agak
berantakan. Oleh sebab itu jika kita coba mengkaji ulang, sebenarnya kita akan
merasa sangat rugi jika kita harus mengalami sakit hati, sementara orang yang
menyakiti kita itu tidak tahu-menahu atau bahkan saat ini sedang
bersenang-senang.
Konon cerita ada dua orang
sahabat karib yang sedang mengembara. Mereka berjalan menuju ke padang
belantara, masuk hutan keluar hutan, masuk desa keluar desa. Suatu hari kedua
sahabat itu bertengkar, dan akhirnya terjadi perkelahian. Salah seorang
tiba-tiba menempeleng wajah sahabatnya. Sahabat yang ditempeleng itu tidak
membalasnya, namun ia merasa sakit hati. Lalu ia menulis tulisan di atas pasir,
bunyinya demikian, “ Hari ini sahabat baikku menempeleng aku.” Setelah itu
mereka melanjutkan perjalanan lagi.
Di tengah perjalanan karena
sengat terik matahari membuat mereka haus dan lapar. Itu sebabnya mereka
berhenti di tepi sungai untuk menyantap makanan. Tatkala sahabat yang
ditempeleng itu pergi ke sungai mengambil air, tiba-tiba ia terpeleset ke dalam
sungai dan ia tidak bisa berenang. Ia menjerit minta tolong, dan sahabatnya
dengan sigap dan cekatan terjun ke sungai menolong dan menyelamatkannya dari maut.
Setelah siuman, ia menulis lagi tulisan di atas sebuah batu, bunyinya demikain,
“Hari ini sahabatku yang baik menyelamatkan aku.”
Si sahabat yang tadinya
menempeleng dan menyelamatkan ini bertanya-tanya, kenapa sahabatnya tadi
menulis di atas pasir, sekarang menulisnya di atas batu? Kemudian sahabat itu
menjawab demikian, “Jika ada orang yang menyakitimu, cukuplah kita tulis di
atas pasir saja, sebab sebentar akan datang angin kencang, hujan deras, dan
ombak air melenyapkan tulisan itu, sehingga engkau segera melupakannya. Namun
jika ada orang berbuat baik kepadamu, tulislah di atas batu, supaya kalau ada
angin kencang hujan dan badai menerpa, tulisannya tidak pernah akan hilang dan
kamu akan ingat selalu kebaikannya.”
Pelajaran ini sangat berharga bagi
kita yang sedang sakit hati, biarlah kita tulis di atas pasir, supaya semua itu
cepat dihanyutkan dan hilang, dengan demikian kita segera melupakannya. Mari
ingatlah kebaikan orang lain, jangan ingat kejahatannya, sehingga kita tidak
perlu merasa sakit hati. Hidup kita semestinya maju terus, karena hari-hari
berjalan tanpa berhenti, namun jika kita mandek hanya karena sakit hati, maka
kita akan merasa rugi. Mari tinggalkan rasa sakit hati, supaya hidup yang Anda
jalani nampak lebih indah dan penuh suka-cita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar