Dewi Nepal harus mengerjakan PR - Goddess of Nepal should be doing homework

19 Juni 2014
nepal
Seorang Kumari disembah, namun hidupnya juga penuh aturan

Samita Bajracharya adalah gadis Nepal berusia 12 tahun yang tinggal bersama keluarganya, rajin belajar dan menikmati bermain kecapi versi Nepal.
Tapi sampai saat ini ia juga disembah oleh orang-orang yang percaya dia adalah seorang titisan dewi yang bereinkarnasi.
Sepanjang jalan raya yang sibuk di Lalitpur, dekat Kathmandu, sebuah lorong mengarah ke halaman terbuka.
Di sudut belakang, terdapat sebuah rumah sederhana dengan tanda merah di luar yang hanya bertuliskan "Hidup Dewi".
Sebuah tangga kayu sempit mengarah ke lantai dua, di mana sang dewi menghabiskan sebagian besar masa kecilnya.
Dia disebut Kumari yang berarti "gadis muda yang belum menikah".
Dia dipuja oleh umat Hindu dan Buddha di Nepal yang percaya dia adalah reinkarnasi dari dewi Hindu Durga.
Bagaimana rasanya ketika Samita terpilih menjadi Kumari?
"Saya merasa bahagia dan sedih," kata ibu dari Samita.
"Di satu sisi, saya merasa senang karena ketika putri Anda menjadi dewi, memiliki dewi di rumah adalah hal yang menyenangkan.
Tapi saya juga jadi takut karena saya tidak yakin kita akan mampu mengikuti semua aturan," tambahnya.

Kumari

  • Kumari Devi adalah anak perempuan yang belum menstruasi dan dipercaya sebagai reinkarnasi dewi Hindu, Durga, atau Taleju di Nepal
  • Mereka dipilih berdasarkan ciri-ciri fisik tapi juga mereka harus melalui sejumlah tes
  • Ada beberapa Kumari di Nepal, yang terpenting di Kathmandu, tinggal di istana dan disebut Kumari Bahal
  • Sang dewi diyakini meninggalkan tubuh Kumari ketika ia menstruasi
  • Kumari dipilih dari klan Shakya atau Bajracharya dari komunitas Newari di Kathmandu

Banyak aturan

Terdapat banyak aturan yang harus dijalankan seorang Kumari.
Ibu Samita contohnya harus merias wajah putrinya dengan desain yang rumit.
Gadis itu juga tidak diperbolehkan pergi ke luar kecuali untuk festival.
Dalam kesempatan lain, kakinya tidak boleh menginjak tanah.
Selain itu, Kumari tidak diizinkan untuk berbicara dengan orang lain selain keluarga dan teman dekatnya.
Seorang Kumari juga tetap harus menjalankan kewajibannya yang lain seperti belajar dengan seorang guru privat dan mengerjakan pekerjaan rumah.
nepal
Kumari memiliki guru pribadi untuk membantunya belajar

Kehidupan Kumari

Pendahulu Samita, Chanira Bajracharya, menceritakan lebih rinci mengenai kehidupan seorang Kumari.
Chanira, 19 tahun, menjadi Kumari ketika dia baru berusia lima tahun.
"Menjadi seorang dewi adalah seperti menjadi putri dan Anda mendapatkan segala sesuatu di rumah," katanya.
"Saya tidak pernah rindu ingin pergi ke luar, tetapi sangat menikmati tinggal di rumah dan menjadi bagian dari kehidupan ilahi."
Kehidupan ilahi tersebut berakhir tiba-tiba ketika Chanira berusia 15, pada hari pertama dia haid.
Tiba-tiba ia bukan lagi seorang Kumari dan transisi tersebut sulit baginya.
"Ketika saya harus keluar rumah untuk pertama kalinya, saya tidak tahu bagaimana harus berjalan dengan baik," katanya.
Selama bertahun-tahun menjadi Kumari, seorang guru privat mengajarnya di rumah.
Ia pun akhirnya harus pergi ke sekolah dengan anak-anak lain.
"Semua teman sekelas saya takut untuk berbicara dengan saya karena saya adalah mantan dewi dan saya diperlakukan sedikit berbeda," tambah Chanira.

Link

ENGLISH

A Kumari is worshiped, but his life is also full of rulesSamita Bajracharya is a Nepalese girl 12 year old who lives with his family, study hard and enjoy playing the harp versions of Nepal.But until now he was also worshiped by the people who believe he is an incarnation of the goddess reincarnated.Along a busy highway in Lalitpur, near Kathmandu, a hallway leads to an open courtyard.In the back corner, there is a simple house with a red sign outside that simply reads "Living Goddess".A narrow wooden staircase leads to the second floor, where the goddess spent most of his childhood.He called Kumari, which means "young unmarried girl".He is revered by Hindus and Buddhists in Nepal who believes he is the reincarnation of the Hindu goddess Durga.How does it feel when Samita elected to the Kumari?"I feel happy and sad," said the mother of Samita."On the one hand, I feel happy because when your daughter becomes a goddess, has a goddess at home is fun.But I am also so scared because I was not sure we would be able to follow all the rules, "he added.Kumari

    
Kumari Devi is not menstruating girls and is believed to be the reincarnation of a Hindu goddess, Durga, or Taleju in Nepal
    
They were chosen based on physical characteristics but also they have to go through a number of tests
    
There are several Kumari in Nepal, Kathmandu's most important, stay in the palace and called Kumari Bahal
    
The goddess Kumari is believed to leave the body when she was menstruating
    
Kumari selected from the Shakya clan or Bajracharya of Newari community in KathmanduMany rulesThere are many rules that must be run a Kumari.Samita mother daughter example should apply makeup with intricate designs.She was also not allowed to go outside except for the festival.On another occasion, his feet should not be touching the ground.In addition, the Kumari is not allowed to talk to anyone other than family and close friends.A Kumari also still have other obligations such as learning with a private teacher and do homework.NepalKumari has a personal tutor to help her learnKumari lifeSamita predecessor, Chanira Bajracharya, tell me more detail about the life of a Kumari.Chanira, 19 years old, became Kumari when she was five years old."Being a goddess is like to be a princess and you get everything in the house," he said."I never longed to go outside, but really enjoyed the stay at home and be a part of the divine life."The divine life ended abruptly when Chanira aged 15, on her first day of menstruation.Suddenly he was no longer a Kumari and the transition difficult for him."When I have to leave the house for the first time, I do not know how to run properly," he said.Over the years became Kumari, a private tutor teaching at home.He eventually had to go to school with other children."My classmates were afraid to talk to me because I was a former goddess and I was treated a little differently," added Chanira.
 















 

Tidak ada komentar:

Sumber: http://mahameruparabola.blogspot.com