Belum Mengenal Cinta....


Aku patah hati. Kata-kata singkat yang butuh penjelasan panjang. Ceritaku tak semenarik novel, tapi mungkin lebih indah daripada berita kriminal yang banyak ditemui di koran pagi.

Tersebutlah seorang pemuda yang menjadi tokoh utama. Sekarang hidup di jakarta, sebut saja pemuda itu : ’diriku’. Pemuda ini mempunyai teman wanita, sebut saja : ’dirinya’. Dirinya juga hidup di jakarta. Teman kantor diriku. Dan tolong diralat, diriku dan dirinya belumlah jadi teman. Diriku belum kenal dirinya. Dirinya pun tak tahu siapa nama diriku.

Pertama kali diriku melihat dirinya, diriku merasa dirinya mampu menghentikan waktu. Terlalu dramatis ya?, baiklah, bukan menghentikan, tapi memperlambat waktu. Masih terlalu berlebihan? Jangan protes, seseorang bisa menjadi ’gila’ ketika sedang jatuh cinta. Dan jangan geli sendiri kenapa kalian sekarang bisa membaca tulisan orang gila. Untuk sejenak biarkan aku tawarkan nuansa rumah sakit jiwa disini. Karena itu, jangan pakai logika, cukuplah menahan tawa jika ada yang aneh di beberapa bagian cerita. Satu lagi, karena nama tokoh ’diriku’ dan ’dirinya’ dirasa terlalu panjang, baiklah, kita pakai singkatan penggantinya, ’aku’ dan ’dia’. Tapi jangan salahkan aku jika ’diriku’ atau ’dirinya’ masih kerap muncul, aku tak sedang mencoba menerapkan bahasa indonesia yang baik dan benar disini.

Sampai mana tadi? Oh ya, dia bagai ksatria dalam film ’matrix’ bagiku. Kehadirannya bisa memperlambat gerak peluru. Bisa membuatku merasa sanggup meloncati gedung-gedung. Dan tentu saja, membuatku menjadi manusia super dengan kekuatan sejuta kuda. aku bahkan bisa berpindah dunia. Dari dunia maya ke dunia nyata sebenarnya, dunia penuh bunga-bunga. Beginikah berbahayanya cinta?

Tapi diriku tetaplah diriku yang dulu. Yang harus berpikir seribu kali ketika jatuh cinta. Menimbang ratusan berkas-berkas kelebihan dan kekurangan, meneliti neraca rugi laba jika benar aku mencintai dia. aku membuat cinta begitu pemilih, begitu logis. Membuat semuanya rumit bahkan sebelum kujalani. dan seperti biasa, hanya menjadikanku sebagai pengagum rahasia, tanpa pernah menjadi ksatria sesungguhnya. Aku benar-benar menyukainya, tapi aku hanya tak bisa membayangkan aku jatuh cinta pada dirinya. Bagiku, dirinya hanya bunga. Ada berjuta-juta di dunia.

Dan baiklah, waktu memang bisa mengubah segalanya. dari berjuta bunga, beberapa telah mengisi hatiku. Datang dan pergi. aku pengagum rahasia yang terlena. aku fans yang tak pernah lagi mengingat idolanya. Namun waktu tak bisa membunuh cinta begitu saja. Cuma membeku. Bom waktu. Masih aktif.

Datang juga hari itu. Hari dimana dia mencairkan kebekuan dengan pandangan matanya. Tanpa kata, hanya pandangan seindah pagi, sehangat matahari, seterang bulan di malam hari. Dia memercik api. Jantungku merasakan sensasi bom aktif. Tik tak tik tak, siap meledak kapan saja. Kemanakah kularikan perasaan ini? Dunia tak cukup untukku bersembunyi.

Percuma bagiku untuk berlari. Lebih baik kuhadapi. Baju perang, pedang panjang, akulah ksatria berkuda dengan otak setengah gila. Mari berperang. Kubawa semua amunisi lamaku : setumpuk keberanian. Tapi tunggu, aku telah berkali-kali berperang dan jangan bayangkan aku gegabah dengan menyerang secara frontal. Tiap jenderal punya strategi perang. Dan akhirnya kupakai strategi kuno yang sangat terkenal : tanya info tentang dia ke teman dekatnya. Kenali medan pertempuran anda, kenali musuh anda, maka anda akan lebih mudah menaklukkannya, itulah bahasa perangnya…*oh betapa kunonya cara ini*

Siapa bilang strategi kuno selalu berhasil? Aku adalah contoh kegagalan strategi kuno itu. Info yang didapat dari agen rahasia menyebutkan : Dia sudah bertunangan. Tiga kata yang cukup untuk menghentikan perang. ‘Dia sudah bertunangan’, bisa diartikan dengan ‘dia punya bom nuklir’ dalam bahasa perangnya. Ksatria berkuda ini tak sanggup melawan bom nuklir seperti itu. Musuh ternyata punya kekuatan lebih canggih. Senjata modern yang tak akan bisa dilawan oleh pengganggu-pengganggu seperti ksatria berkuda yang hanya bermodal keberanian. Menyesal aku memakai cara kuno itu. Info itu tak penting bagiku.

Dan apalah yang menyedihkan daripada ksatria perang yang tak jadi berperang? Patah hati sebelum mengenalnya. Sungguh menyedihkan. sebenarnya ksatria berkuda masih menyimpan senjata rahasia yang mungkin bisa melawan keganasan bom nuklir. Senjata itu berbentuk sebuah kuda-kuda berjudul ‘jurus muka baja’. Dengan jurus ini dijamin ksatria berkuda bakal merasakan muka setebal tembok yang bisa mengalihkan pengaruh bom nuklir meski bom itu terus mengikis jiwa ksatria berkuda. Ksatria berkuda seakan-akan tak merasakan apa-apa, melupakan keadaan sekelilingnya dan terus maju berperang, mencoba menaklukkan musuh. Tak peduli dia sudah bertunangan atau tidak. Selama janur kuning be..*halah, lagi-lagi legenda pepatah kuno..stop. kalian pasti tahu kelanjutan pepatah tadi*

Ksatria berkuda terdiam beberapa hari. Otaknya tak bisa berpikir meski ia paksa berpikir. tubuhnya tak ingin lari meski jiwanya merasa terancam. Dia inginkan perang. Pada suatu detik, dengan mata berkilat kilat, Ksatria berguman, ‘Mungkin aku hanya akan menjadi ujian cinta baginya. Itu lebih baik daripada dia menganggapku tak ada…’ lalu dia mengangkat pedang panjang, melajukan kuda sekencang-kencangnya, berteriak sekerasnya, tangisan tanpa air mata….menuju hulu ledak nuklir….

To be continued….

Tidak ada komentar:

Sumber: http://mahameruparabola.blogspot.com